SEJARAH DAN ILMU: INDONESIA MENCIPTAKAN PERADABAN YANG TINGGI Oleh Roni Faslah; Dosen STIT Syekh Burhanuddin
OKESINERGI.COM-Sejarah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui sejarah, manusia belajar menjadi lebih dewasa dan bijaksana. Pengalaman yang kita serap dari peristiwa-peristiwa masa lalu memberikan kekuatan dan kepercayaan diri untuk menghadapi masa kini dan masa depan. Karena itu, orang yang berilmu sudah semestinya memahami sejarah, sebab ilmu pada dasarnya merupakan hasil pengalaman manusia yang terdokumentasikan dan dikaji sepanjang zaman. Perkembangan ilmu dalam lintasan sejarah menjadi hal yang penting untuk dipahami demi mewujudkan eksistensi manusia yang lebih bermartabat.
Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, pernah mengingatkan dengan pesan “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah)”. Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mengenal sejarahnya. Pada momentum Hari Lahir Pancasila, 1 Oktober 2025 ini, menguasai ilmu dan memahami sejarah menjadi salah satu kekuatan utama untuk mendorong kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam tradisi keilmuan, akal menempati posisi tertinggi dalam upaya pencarian kebenaran. Ilmu yang benar adalah ilmu yang telah diuji melalui logika serta pertanyaan mendasar mengenai hakikat kebenaran secara objektif. Pengetahuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan empiris hanyalah mitos atau keyakinan tanpa dasar. Hal ini ditegaskan oleh filsuf Yunani kuno, Socrates. Menurutnya, pengetahuan sejati diperoleh melalui penyelidikan akal terhadap sesuatu yang mengandung nilai objektif. Pemikiran ini muncul sebagai bantahan terhadap kaum sofis yang kerap menyampaikan ajaran kosong tanpa landasan rasional.
Sejarah perkembangan ilmu alam merupakan salah satu contoh nyata bagaimana pengetahuan manusia terus berkembang dari masa ke masa. Pemikiran Thales, seorang filsuf Yunani, menjadi tonggak awal dalam kajian mengenai alam. Ia mempertanyakan asal-usul alam dan kehidupan, sebuah langkah awal yang penting dalam perjalanan panjang ilmu pengetahuan.
Sejarah lahir dari peristiwa-peristiwa nyata dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Ia terbentuk dari hukum alam (sunnatullah), yaitu kausalitas. Karena itu, sejarah berbeda dengan dongeng atau legenda. Sejarah dapat dibuktikan secara empiris dan rasional melalui penelitian kritis terhadap data serta sumber-sumber otentik. Para sejarawan berupaya mengkaji dan membuktikan fakta masa lalu sehingga sejarah menjadi ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Lahirnya ilmu modern pun tidak terlepas dari sejarah panjang peradaban manusia. Dari zaman prasejarah yang sederhana—dengan kehidupan nomaden, alat batu, dan sistem barter—manusia terus berkembang hingga melahirkan peradaban modern dengan teknologi canggih. Perbedaan ini menunjukkan adanya kemajuan budaya yang dicapai umat manusia.
Perubahan besar terjadi di masa Yunani kuno ketika lahir filsafat sebagai disiplin berpikir kritis. Pada masa itu, manusia mulai meninggalkan mitos-mitos dan lebih mengutamakan rasionalitas (logos) dalam mencari kebenaran. Peradaban filsafat Yunani kemudian diteruskan oleh Romawi dan Persia, hingga berkembang pesat dalam peradaban Islam klasik dan akhirnya memengaruhi peradaban Barat modern.
Peradaban Islam pernah mencapai masa kejayaan yang luar biasa, terutama pada era klasik, ketika filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama berkembang pesat. Pertanyaan besar yang sering muncul adalah: dapatkah umat Islam saat ini mengulang kembali kejayaan tersebut? Hal itu sangat mungkin, asalkan ada kesadaran kolektif untuk kembali menguasai ilmu dan filsafat, sebagaimana diperjuangkan oleh para tokoh pembaruan seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afghani, dan Kamal Ataturk dan tokoh pemikir pembaharuan lainnya. Namun, perkembangan ilmu di Barat masih sulit disaingi karena umat Islam belum sepenuhnya konsisten membangun kekuatan ilmu pengetahuan. Bahkan, sebagian masih terjebak dalam sikap eksklusif, radikal, atau menolak ilmu Barat secara total. Padahal, yang harus ditolak adalah nilai-nilai Barat yang bertentangan dengan Islam, bukan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kajian ilmiah.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil sejarah panjang dan pengalaman kolektif dalam menyatukan bangsa. Pancasila lahir dari nilai-nilai luhur yang sudah hidup dalam masyarakat Indonesia, seperti ketuhanan, musyawarah, keadilan sosial, serta penghormatan terhadap keberagaman. Falsafah Pancasila menjadi pedoman hidup yang mempersatukan bangsa agar tetap utuh dan tidak terpecah belah.
Oleh karena itu, dengan kesadaran akan pentingnya sejarah dan ilmu pengetahuan, bangsa Indonesia dapat membangun peradaban yang tinggi. Hanya dengan cara itulah Indonesia mampu berdiri sejajar dengan peradaban besar dunia, sekaligus mewujudkan cita-cita bangsa yang merdeka, adil, dan bermartabat.