GfrpGSziTpz0GUWoGUYpGUW5Gi==

FILSAFAT ILMU MEMBERIKAN DAMPAK BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

 FILSAFAT ILMU MEMBERIKAN DAMPAK BAGI KEHIDUPAN MANUSIA Oleh: Roni Faslah – Dosen STIT Syekh Burhanuddin


OKESINERGI.COM- Filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam membentuk cara pandang dan sikap manusia terhadap pengetahuan. Untuk itu, sangat penting bagi kita memahami tiga pilar utama filsafat ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga aspek ini tidak hanya menjadi dasar dalam membangun kerangka ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan arah dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa pemahaman yang baik terhadap ketiganya, pengetahuan manusia menjadi lemah, mudah tergelincir pada kebodohan, bahkan kesesatan.

Apapun yang kita kerjakan—baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat—membutuhkan landasan filsafat ilmu. Ontologi, epistemologi, dan aksiologi tidak hanya relevan dalam dunia akademis, melainkan juga dalam kehidupan praktis.

Ontologi: Hakikat Sesuatu yang Ada

Ontologi membahas tentang hakikat sesuatu yang ada. Dalam filsafat, ontologi tidak hanya menyoroti hal-hal yang tampak secara fisik, tetapi juga yang tidak tampak namun keberadaannya nyata, seperti Tuhan, jiwa, hari akhir, maupun dunia gaib. Ontologi memberikan definisi, batasan, dan kerangka berpikir tentang objek ilmu.

Ilmu pengetahuan empiris biasanya terbatas pada hal-hal yang tampak dan dapat diuji. Namun, filsafat mengajarkan bahwa realitas tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga non-fisik, yang tetap berpengaruh pada nilai moral dan etika kemanusiaan. Dengan demikian, manusia dituntut memahami dua realitas: fisik dan non-fisik.

Epistemologi: Cara Memperoleh Pengetahuan

Epistemologi membahas asal-usul, sumber, dan metode memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui akal, pengalaman empiris, maupun intuisi. Melalui epistemologi, manusia belajar bagaimana suatu pengetahuan dibangun, diuji, dan dikembangkan.

Dalam ilmu agama, epistemologi berakar dari wahyu. Namun, pengetahuan manusia terus berkembang melalui ijtihad, pemikiran rasional, dan pengalaman. Epistemologi memastikan bahwa ilmu tidak hanya diyakini, tetapi juga dipertanggungjawabkan secara metodologis.

Aksiologi: Nilai dan Manfaat Ilmu

Aksiologi membahas tentang nilai, baik itu etika, logika, maupun estetika. Ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti pada “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga “untuk apa”.

• Etika membahas baik dan buruk perbuatan manusia.

• Logika menyoroti benar dan salah dalam berpikir serta menarik kesimpulan.

• Estetika menilai indah atau tidak indahnya sesuatu.

Nilai-nilai ini bersifat kontekstual. Misalnya, pembunuhan dalam kehidupan sehari-hari dinilai buruk, tetapi dalam kondisi perang tertentu dapat dianggap sebagai sesuatu yang dibolehkan. Dalam dunia medis, pembedahan yang melukai tubuh seseorang justru dinilai baik karena bertujuan menyelamatkan nyawa. Etika dengan demikian bersifat relatif, tergantung konteks dan tujuan, meskipun dalam agama nilai baik dan buruk memiliki sifat mutlak.

Etika dalam Kehidupan Sosial dan Politik

Etika juga berlaku dalam ranah kekuasaan. Etika politik membahas bagaimana kekuasaan diraih, dijalankan, dan dipertahankan. Tanpa etika, penguasa mudah terjerumus pada penyalahgunaan wewenang dan ketidakadilan. Hal ini membahayakan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam sejarah filsafat, Sokrates menjadi contoh bagaimana etika dan kebenaran dijunjung tinggi. Ia menentang kaum Sofis yang menyesatkan masyarakat dengan pengetahuan palsu, bahkan berani menentang hakim yang tidak adil. Meski akhirnya dihukum mati, Sokrates menunjukkan bahwa etika adalah pondasi utama ilmu dan kebijaksanaan.

Ilmu, Keyakinan, dan Keterbatasan Akal

Ilmu pengetahuan memiliki batas. Ada fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara rasional maupun empiris, tetapi dapat diterima melalui keyakinan. Mukjizat para nabi dan karamah para wali, misalnya, tidak dapat dijelaskan oleh hukum alam, tetapi diyakini sebagai bagian dari sunnatullah. Hal ini menunjukkan keterbatasan ilmu dibandingkan dengan kekuasaan Allah.

Maka ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan tiga pilar utama filsafat ilmu yang saling terkait. Ketiganya menjadi pondasi bagi setiap cabang pengetahuan, baik dalam ilmu alam, humaniora, maupun teologi. Tanpa salah satunya, pengetahuan tidak akan sempurna.

Perubahan realitas kehidupan manusia dan alam menuntut kita terus menggali rahasia ciptaan Tuhan melalui filsafat ilmu. Dengan memahami hakikat, cara memperoleh, dan nilai dari ilmu pengetahuan, manusia dapat hidup lebih bijaksana, adil, dan bertanggung jawab. Inilah hakikat sejati filsafat ilmu: memberikan arah dan makna bagi kehidupan manusia.

Type above and press Enter to search.