GfrpGSziTpz0GUWoGUYpGUW5Gi==

Agama dan iptek dalam pandangan pemikiran barat. : Eko Rojana.MA

 












OKESINERGI.COM-Filsafat Barat dan filsafat Islam memiliki perbedaan mendasar dalam memandang Tuhan. Filsafat Barat umumnya berpijak pada akal murni dan pemikiran rasional tanpa melibatkan unsur keimanan. Sementara itu, filsafat Islam bertumpu pada keyakinan terhadap ajaran agama, yaitu Islam. Artinya, para pemikir Islam membangun pemikiran mereka berdasarkan iman kepada Tuhan, bukan sekadar keraguan atau akal semata.

Kegelisahan kalangan ilmuan Barat terhadap Tuhan tidak lagi tersimpan hanya di dalam benak mereka tetapi sudah diungkapkan ke dalam tulisan yang lebih serius. Sebenarnya keberadaan dan peran Tuhan pernah dipertanyakan oleh filosof Inggris Francis Bacon (1561-1626).

Kemudian dikembangkan oleh filosof Prancis, August Comte (1798-1857) yang dikenal dengan teori positivisme-nya, yang menganggap peran agama dan Tuhan sudah digantikan oleh kemampuan kreatif manusia. Namun kaum positivis belum memberikan uraian lebih mendalam tentang bagaimana peran agama dan eksistensi Tuhan.

Inilah alasan Nietzsche yang mengatakan Tuhan telah mati, karena manusia itu sendiri telah membunuh Tuhan dengan kreatifitasnya. Seakan-akan kebenaran sains yang objektif dan ilmiah yang wajib menanggalkan kebenaran subjektif yang tidak ilmiah, kita ketahui ketika berada didalam laboratium sains harus menanggalkan keyakinan-keyakinan teologis, sosiologis dan magis yang katanya hayalan, karena kebenran rasio objektif yang dibutuhkan sains. Maka Nietzche mengkritik sains dengan mempertanyakan, apakah sains juga tidak berasal dari keyakinan-keyakinan dan praduga.

Kemudian senada dengan kritikan Nietzche tentang sains, sebenarnya teori sains keras pun secara discopery-nya itu ditemukan tidak ilmiah, contoh rumus kimia bensin yang ditemukan gecule lewat mimpi yang tidak rasio dan empiris. Suatu ketika gecule sudah lelah mengkutak katik ingin mencari rumus kimia bensin, kemudian dia duduk di depan api unggun dan dia bermimpi melihat ular yang terbang dan menggigit ekornya sendiri, saat itulah dia terbangun dan menemukan rumus kimia bensin. 

Kemudian penemuan piston oleh Charles dhurian yang ketika itu melihat istrinya sedang menyemprotkan parfum kebaju, ketika itu dia menemukan rumus piston, kemudian Issac Newton menemukan gaya grafitasi dalam keadaan termenung melihat apel jatuh. Semua teori itu secara discopery atau cara penemuan dari mana tidak ilmiah dan empiris. Apakah dengan semua itu sains mengatakan teologis, sosiologis dan magis tidak ilmiah?

Namun kalangan ilmuan kotemporer mulai berani melakukan studi mendalam dengan menggunakan metodologi komrehensif, hasilnya sungguh mengesankan, karena tanpa rasa takut dan beban, mereka menuangkan ide-ide segarnya kedalam buku yang diterbitkan secara umum. Mereka berada sama sekali dengan para pendahulunya di abad pertengahan, yang harus menggunakan bahasa konotatif untuk menjelaskan ide-ide sensitif, seperti mempertanyakan peran agama dan kebardaan Tuhan. 

Seperti karya The End Of Faith yang dibuat oleh Sam Haris, seorang kandidat Doktor dalam bidang filsafat di Stanford University. Ia mempertanyakan eksklusivitas agama-agama yang tergabung di dalam Abrahimc Religion. Sebagai contoh, ketika masing-masing agama ini berbicara tentang jalan keselamatan, maka sepertinya sulit memberikan pengakuan jalan keselamatan di luar dirinya.

Kesimpulan sam Haris setelah mempelajari ajaran agama anak keturunan Nabi Ibrahim ini, menganggap bahwa agama-agama ini terancam akan ditinggalkan pemeluknya di era modren ini, karena doktrin ajaran agama, semakin banyak yang tidak sejalan dengan logika. Agama yang bisa bertahan di masa depan ialah agama yang masuk akal dan sejalan dengan logika universal, hak-hak asasi dan naluri kemanusiaan.

Maka dari itu, untuk menanggapi permasalahan tersebut kita harus bisa menjelaskan agama dan keimanan dengan rasional di zaman modern dan teknologi saat ini, karena kalau tidak agama akan ditinggalkan. Ketika kita menjelaskan agama dan keimanan dengan rasio bahwa iman itu.

Datangnya dari keragu-raguan dan setelah itu sampai dititik yang tidak bisa dijelaskan lagi maka muncul loncatan keimanan atau menyakini bahwa semua ciptaan alam semesta ini datang dari Tuhan, sama dengan cara penemuan-penemuan rumus kimia bensin, piston, grafitasi yang asalanya ilmuan tersebut telah sampai dititk tidak mampu menemukanya, lalu munculah loncatan dengan imajinasinya yang dapat menemukan rumus-rumus tersebut. yakni keyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta ini berasal dari Tuhan. Sama halnya dengan para ilmuwan yang menemukan teori besar justru setelah akalnya mentok dan kemudian terbantu oleh imajinasi dan intuisi.


Editor : RH

Type above and press Enter to search.